Saturday, April 23, 2011

catatan 3

Baru saja terima SMS dari seorang teman, yang bilang sedang menyiapkan surat perceraian.
Satu ikatan akan terputus.
Ikatan yang dulu disampaikan dengan penuh cinta, disaksikan banyak orang, disahkan oleh agama dan negara.

Haruskah berpisah?
Itu pertanyaan semua orang. Dan saya yakin jadi pertanyaan teman saya dan pasangannya sebelum keduanya memutuskan untuk melaju ke tahap yang lebih jauh: cerai.
Teman saya itu, juga pasangan lain yang sedang dihantam badai, punya alasan kuat untuk berpisah.
Apa pun itu, menurut saya, mereka yang paling tahu tentang cuaca hati dan pikiran.
Kita, hanya bisa mendengarkan.
Kita, hanya boleh menjawab sesuai pengetahuan dan pengalaman sendiri.
Segala sesuatunya, berpulang pada teman yang memutuskan itu.

Tetapi bolehkah berpisah?
Lepas dari aturan agama masing-masing, menurut saya, kalau perpisahan justru membuat kedua belah pihak hidup lebih damai, tenang dan bahagia: biarlah itu berlangsung.
Istri yang bahagia -karena tak lagi terikat pada suami yang menyusahkan jiwa dan raga- akan membuat anak-anaknya bahagia.
Istri yang tertekan -karena terikat oleh suami yang menyiksa tubuh dan pikiran- akan membuat anak-anaknya tertekan pula.

Jadi bolehkah berpisah?
Hidup adalah pilihan.
Kita bisa memilih, memutuskan dan kemudian menjalaninya dengan berani.

No comments:

Post a Comment